expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

widget

Rabu, 13 November 2013

Praktik Kelautan : Penggunaan Borak dalam Bakso

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bakso merupakan produk olahan ikan atau daging yang telah banyak dikenal masyarakat. Tidak jarang orang gemar memakan produk makanan yang berbentuk bulat ini. Namun walaupun begitu masih banyak orang yang segan mengonsumsi makanan ini karena mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Mereka melakukan itu untuk mencari untung dengan berbagai alasan. Ada untuk menambah masa simpan, membuat tekstur kenyal dan semua hal yang membuat bakso lebih menarik. Salah satunya adalah boraks, bahan  ini digunakan untuk mengenyalkan dan mengawetkan bakso. Sebernarnya zat ini sudah lama di larang sebagai tambahan untuk makanan karena zat ini dapat membahayakan kesehatan. Sebagai bentuk keprihatinan dan kewaspadaan terhadap kandungan boraks dalam bakso, ada suatu cara sederhana yang digunakan untuk uji coba keberadaan zat tersebut. Untuk itu makalah ini akan membahas beberapa sampel produk olahan yang telah diambil dari berbagai warung bakso di Sibolga Julu dan sekitarnya.

B.     Tujuan Penelitian
1.      Laporan  bertujuan untuk melakukan uji coba sederhana terhadap keberadaan boraks dalam bakso yang dijual pada warung bakso di Sibolga Julu dan sekitarnya.
2.      Laporan ini ditujukan pada hasil kegiatan praktikum yang akan diserah kepada Guru Pembimbing yang bersangkutan sebagai pertanggung jawaban

C.    Manfaat Penelitian
1.      Memenuhi tugas Kelautan
2.      Menambahkan wawasan mengenai penggunaan boraks dalam kehidupan sehari-hari
3.      Memberikan informasi kepada masyarakat atas pengaruh-pengaruh yang di berikan oleh baha pengawet berbahaya seperti itu

BAB II
METODE PRAKTIKUM
       I.            WAKTU & TEMPAT
Praktikum ini kami lakukan di SMA Negeri 1 Sibolga tepatnya 24 Oktober 2013 pukul  11.00.

    II.            ALAT & BAHAN
Alat :
1.      Pisau
2.      Piring
3.      Tisu
4.      Lilin
5.      Sendok makan
6.      Korek api
Bahan :
1.      Bakso
2.      Cuka
3.      Ekstrak kunyit

 III.            PROSEDUR KERJA
1.      Bakso yang akan dites diambil sepotong kecil lalu dicampur dnegan cuka dan dipanaskan sampai mendidih menggunakan sendok makan.Agar tidak kepanasan, ujung sendok di pegang dengan kain lap.
2.      Tetesi dengan perasaan kunyit yang telah digerus dan lihat perubahan warnanya. Jika larutan yang di tetesi kunyit berubah warnanya menjadi merah tua berarti bakso tersebut mengandung boraks. Namun, jika warna larutannya tidak berubah (kuning) dapat dipastikan bakso tersebut tidak mengandung boraks..


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
       I.            DATA HASIL PENGAMATAN
a.      Bakso Pak Wen
No
Bakso
Fisik/warna
Penambahan zat lain
Hasil
1
Bakso I
Kenyal, licin, putih cerah
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
2
Bakso II
Kenyal, licin, putih cerah
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
3
Bakso III
Kenyal, licin, putih cerah
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-

 


b.      Bakso Wong Solo
No
Bakso
Fisik/warna
Penambahan zat lain
Hasil
1
Bakso I
Kenyal, licin, putih
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
2
Bakso II
Kenyal, licin, putih
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
3
Bakso III
Kenyal, licin, putih
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-


c.       Bakso Urat
No
Bakso
Fisik/warna
Penambahan zat lain
Hasil
1
Bakso I
Agak kaku, licin, warna nya coklat
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
2
Bakso II
Agak kaku, licin, warna nya coklat
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-
3
Bakso III
Agak kaku, licin, warna nya coklat
Di tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
-

 


    II.            PEMBAHASAN
Masyarakat banyak yang masih belum mampu membedakan jenis dan bentuk dari makanan yang mengandung bahan pengawet atau tidak. Bahan pengawet yang biasanya beredar di masyarakat dikenal dengan nama boraks atau formalin.gaya hidup manusia masa kini dengan mobilitas yang cukup tinggi, menuntut makanan yang serba instan dan tahan lama. Dalam hal ini instan pembuatannya dan tahan lama apabila disimpan.

Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti boraks karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim digunakan untuk mengawetkan makanan. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan boraks makanan seperti bakso dianggap sesuatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso alami dan bakso yang dibuat dengan penambahan  boraks juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen itu sendiri.

Kandungan boraks pada makanan memang sulit untuk dideteksi. Secara akurat, ia hanya bisa terdeteksi di laboratorium melalui uji boraks dengan menggunakan bahan kimia lainnya. Namun makanan yang proses pembuatannya dengan zat-zat kimia berbahaya, kini sudah beredar luas di pasaran dan sangat mudah didapat.

Boraks sering digunakan untuk pengawet pada berbagai makanan seperti bakso. Pada makanan tersebut pedagang menambahkan pengawet karena makanan-makanan tersebut mudah rusak dan busuk atau tidak bertahan lama. Bila dosisnya cukup tinggi, boraks akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut. Bahkan kematian akan terjadi pada anak kecil dan bayi, yang memiliki dosis boraks dalam tubuhnya mencapai 5 gr atau lebih. Pada orang dewasa kematian akan terjadi jika dosisnya mencapai 10 – 20 gr atau lebih.

Dalam pelaksanaan praktikum, sampel makanan yang digunakan untuk uji boraks adalah bakso yang di potong kecil. Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil negatif yang berarti bahwa sampel yang berupa bakso tidak mengandung bahan pengawet boraks. Hal tersebut terjadi karena tidak ada perubahan warna pada saat pemanasan bakso di pengujian tersebut. Warna air pada bakso sama seperti awal pemanasan air.

Pedagang makanan banyak yang memanfaatkan boraks pada makanan yang dijualnya agar makanan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila pada hari pertama penjualan tidak habis terjual, maka dapat dijual lagi di hari berikutnya. Mereka ingin memperoleh keuntungan dari makanan yang dijual tanpa mendapatkan kerugian yang besar. Selain faktor pedagangnya, konsumen yang membeli makanan pun lebih cenderung memilih makanan yang murah dan banyak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Sehingga walaupun makanan tersebut mengandung boraks, jika harganya lebih murah dan rasanya lebih enak tentu saja masyarakat lebih memilihnya dibandingkan dengan makanan-makanan yang sehat dan bebas dari boraks namun harganya mahal dan tidak awet.

Selain itu tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada makanan sangat rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada makanan yang dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan yang salah satu caranya adalah dengan memperhatikan dan menghindari konsumsi terhadap makanan-makanan yang mengandung zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat aditif yang beracun dan berlebih.

Pengawasan perorangan terhadap suatu yang dikonsumsinya, perlu lebih ditingkatkan agar kemungkinan terjadinya penyakit berbahaya bagi tubuh yang disebabkan zat pengawet, zat aditif dan lainnya dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin. Selain itu perhatian dari pemerintah terhadap permasalahan ini harus lebih serius. Pemerintah harus menetapkan peraturan perundang-undangan khusus terhadap penggunaan zat pengawet yang berlebihan dan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan.
Peraturan perundangan tersebut harus disertai dengan sanksi-sanksi bagi mereka (masyarakat) yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan tersebut.

Dari berbagai parameter mutu pangan yaitu gizi, rasa, tekstur serta penampilan dan sebagainya, keamanan pangan merupakan parameter terpenting. Berbagai kasus keamanan telah terjadi dari yang terkecil hingga yang terbesar dan diantaranya merupakan kasus yang lama.


Bab IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Boraks merupakan salah satu aditif makanan yang berbentuk kristal lunak mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak berbau serta stabil pada suhu dan tekanan normal, bersifat mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH : 9,5. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat.

Dalam pengujian bahan makanan berupa bakso, dapat disimpulkan bahwa didalam bakso tersebut tidak terdapat zat atau bahan pengawet yaitu berupa boraks yang dapat membahayakan bagi kesehatan.

B.     Saran
·         Masyarakat harus lebih teliti dalam memilih makanan yang mengandung bahan boraks.
·         Sebaiknya masyarakat memberikan penyuluhan kepada masyarakat lain mengenai berbahayanya penggunaan boraks dalam makanan terutama dalam bakso.
·         Kesadaran dari masyarakat untuk tidak menggunakan boraks dalam makanan, atau para pedagang yang hanya ingin mendapat untung semata.


Demikianlah hasil laporan yang dapat kami sampaikan mengenai penelitian yang kami lakukan seminggu yang lalu dengan pengujian bakso yang mengandung boraks. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar