BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakso merupakan produk olahan ikan atau daging yang
telah banyak dikenal masyarakat. Tidak jarang orang gemar memakan produk
makanan yang berbentuk bulat ini. Namun walaupun begitu masih banyak orang yang
segan mengonsumsi makanan ini karena mengandung zat-zat kimia yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Mereka melakukan itu untuk mencari untung dengan berbagai
alasan. Ada untuk menambah masa simpan, membuat tekstur kenyal dan semua hal
yang membuat bakso lebih menarik. Salah satunya adalah boraks, bahan ini digunakan untuk mengenyalkan dan mengawetkan
bakso. Sebernarnya zat ini sudah lama di larang sebagai tambahan untuk makanan
karena zat ini dapat membahayakan kesehatan. Sebagai bentuk keprihatinan dan
kewaspadaan terhadap kandungan boraks dalam bakso, ada suatu cara sederhana
yang digunakan untuk uji coba keberadaan zat tersebut. Untuk itu makalah ini
akan membahas beberapa sampel produk olahan yang telah diambil dari berbagai
warung bakso di Sibolga Julu dan sekitarnya.
B. Tujuan Penelitian
1.
Laporan bertujuan untuk melakukan uji coba sederhana
terhadap keberadaan boraks dalam bakso yang dijual pada warung bakso di Sibolga
Julu dan sekitarnya.
2.
Laporan ini
ditujukan pada hasil kegiatan praktikum yang akan diserah kepada Guru
Pembimbing yang bersangkutan sebagai pertanggung jawaban
C. Manfaat Penelitian
1. Memenuhi
tugas Kelautan
2. Menambahkan
wawasan mengenai penggunaan boraks dalam kehidupan sehari-hari
3. Memberikan
informasi kepada masyarakat atas pengaruh-pengaruh yang di berikan oleh baha
pengawet berbahaya seperti itu
BAB II
METODE PRAKTIKUM
I.
WAKTU & TEMPAT
Praktikum ini kami lakukan di SMA Negeri 1 Sibolga
tepatnya 24 Oktober 2013 pukul 11.00.
II.
ALAT & BAHAN
Alat :
1.
Pisau
2.
Piring
3.
Tisu
4.
Lilin
5.
Sendok makan
6.
Korek api
Bahan :
1.
Bakso
2.
Cuka
3.
Ekstrak kunyit
III.
PROSEDUR KERJA
1.
Bakso yang akan dites diambil sepotong kecil lalu
dicampur dnegan cuka dan dipanaskan sampai mendidih menggunakan sendok
makan.Agar tidak kepanasan, ujung sendok di pegang dengan kain lap.
2.
Tetesi dengan perasaan kunyit yang telah digerus dan
lihat perubahan warnanya. Jika larutan yang di tetesi kunyit berubah warnanya
menjadi merah tua berarti bakso tersebut mengandung boraks. Namun, jika warna
larutannya tidak berubah (kuning) dapat dipastikan bakso tersebut tidak
mengandung boraks..
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I.
DATA HASIL PENGAMATAN
a.
Bakso Pak Wen
No
|
Bakso
|
Fisik/warna
|
Penambahan
zat lain
|
Hasil
|
1
|
Bakso
I
|
Kenyal,
licin, putih cerah
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
2
|
Bakso
II
|
Kenyal,
licin, putih cerah
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
3
|
Bakso
III
|
Kenyal,
licin, putih cerah
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
b.
Bakso Wong Solo
No
|
Bakso
|
Fisik/warna
|
Penambahan
zat lain
|
Hasil
|
1
|
Bakso
I
|
Kenyal,
licin, putih
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
2
|
Bakso
II
|
Kenyal,
licin, putih
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
3
|
Bakso
III
|
Kenyal,
licin, putih
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
c.
Bakso Urat
No
|
Bakso
|
Fisik/warna
|
Penambahan
zat lain
|
Hasil
|
1
|
Bakso
I
|
Agak
kaku, licin, warna nya coklat
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
2
|
Bakso
II
|
Agak
kaku, licin, warna nya coklat
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
3
|
Bakso
III
|
Agak
kaku, licin, warna nya coklat
|
Di
tambahkan dengan cuka dan ekstrat kunyit
|
-
|
II.
PEMBAHASAN
Masyarakat banyak yang
masih belum mampu membedakan jenis dan bentuk dari makanan yang mengandung
bahan pengawet atau tidak. Bahan pengawet yang biasanya beredar di masyarakat
dikenal dengan nama boraks atau formalin.gaya hidup manusia masa kini dengan
mobilitas yang cukup tinggi, menuntut makanan yang serba instan dan tahan lama.
Dalam hal ini instan pembuatannya dan tahan lama apabila disimpan.
Beberapa survei
menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti boraks
karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta
murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu
melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin
lazim digunakan untuk mengawetkan makanan. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku
konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa
memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan boraks makanan
seperti bakso dianggap sesuatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan
seperti bakso alami dan bakso yang dibuat dengan penambahan boraks juga menjadi salah satu faktor
pendorong perilaku konsumen itu sendiri.
Kandungan boraks pada
makanan memang sulit untuk dideteksi. Secara akurat, ia hanya bisa terdeteksi
di laboratorium melalui uji boraks dengan menggunakan bahan kimia lainnya.
Namun makanan yang proses pembuatannya dengan zat-zat kimia berbahaya, kini
sudah beredar luas di pasaran dan sangat mudah didapat.
Boraks sering digunakan
untuk pengawet pada berbagai makanan seperti bakso. Pada makanan tersebut
pedagang menambahkan pengawet karena makanan-makanan tersebut mudah rusak dan
busuk atau tidak bertahan lama. Bila dosisnya cukup tinggi, boraks akan menyebabkan
timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut. Bahkan kematian
akan terjadi pada anak kecil dan bayi, yang memiliki dosis boraks dalam
tubuhnya mencapai 5 gr atau lebih. Pada orang dewasa kematian akan terjadi jika
dosisnya mencapai 10 – 20 gr atau lebih.
Dalam pelaksanaan
praktikum, sampel makanan yang digunakan untuk uji boraks adalah bakso yang di
potong kecil. Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil negatif yang berarti
bahwa sampel yang berupa bakso tidak mengandung bahan pengawet boraks. Hal
tersebut terjadi karena tidak ada perubahan warna pada saat pemanasan bakso di
pengujian tersebut. Warna air pada bakso sama seperti awal pemanasan air.
Pedagang makanan banyak
yang memanfaatkan boraks pada makanan yang dijualnya agar makanan tahan lama
dan tidak mudah busuk apabila pada hari pertama penjualan tidak habis terjual,
maka dapat dijual lagi di hari berikutnya. Mereka ingin memperoleh keuntungan
dari makanan yang dijual tanpa mendapatkan kerugian yang besar. Selain faktor
pedagangnya, konsumen yang membeli makanan pun lebih cenderung memilih makanan
yang murah dan banyak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada
makanan tersebut. Sehingga walaupun makanan tersebut mengandung boraks, jika
harganya lebih murah dan rasanya lebih enak tentu saja masyarakat lebih
memilihnya dibandingkan dengan makanan-makanan yang sehat dan bebas dari boraks
namun harganya mahal dan tidak awet.
Selain itu tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada makanan sangat
rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan
bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada
makanan yang dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari
pentingnya menjaga kesehatan yang salah satu caranya adalah dengan
memperhatikan dan menghindari konsumsi terhadap makanan-makanan yang mengandung
zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat aditif yang beracun dan berlebih.
Pengawasan perorangan
terhadap suatu yang dikonsumsinya, perlu lebih ditingkatkan agar kemungkinan
terjadinya penyakit berbahaya bagi tubuh yang disebabkan zat pengawet, zat
aditif dan lainnya dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin. Selain itu
perhatian dari pemerintah terhadap permasalahan ini harus lebih serius.
Pemerintah harus menetapkan peraturan perundang-undangan khusus terhadap
penggunaan zat pengawet yang berlebihan dan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan kesehatan.
Peraturan perundangan
tersebut harus disertai dengan sanksi-sanksi bagi mereka (masyarakat) yang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan tersebut.
Dari berbagai parameter
mutu pangan yaitu gizi, rasa, tekstur serta penampilan dan sebagainya, keamanan
pangan merupakan parameter terpenting. Berbagai kasus keamanan telah terjadi
dari yang terkecil hingga yang terbesar dan diantaranya merupakan kasus yang
lama.
Bab
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Boraks merupakan salah satu
aditif makanan yang berbentuk kristal lunak mengandung unsur boron, berwarna
putih, tidak berbau serta stabil pada suhu dan tekanan normal, bersifat mudah
larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH : 9,5. Dalam air, boraks berubah
menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
Dalam pengujian bahan
makanan berupa bakso, dapat disimpulkan bahwa didalam bakso tersebut tidak
terdapat zat atau bahan pengawet yaitu berupa boraks yang dapat membahayakan
bagi kesehatan.
B. Saran
·
Masyarakat harus lebih teliti dalam
memilih makanan yang mengandung bahan boraks.
·
Sebaiknya masyarakat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat lain mengenai berbahayanya penggunaan boraks dalam
makanan terutama dalam bakso.
·
Kesadaran dari masyarakat untuk tidak
menggunakan boraks dalam makanan, atau para pedagang yang hanya ingin mendapat
untung semata.
Demikianlah hasil
laporan yang dapat kami sampaikan mengenai penelitian yang kami lakukan
seminggu yang lalu dengan pengujian bakso yang mengandung boraks. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar